Pola Militeristis di IPDN Harus Dihapus
Laporan Wartawan Kompas Wisnu Dewabrata
JAKARTA, KOMPAS - Gubernur Lemhannas Muladi menilai pola-pola pengajaran militeristis yang selama ini diterapkan di institusi-instiusi pendidikan sipil seperti Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) harus segera dihapus.
Hal itu disampaikan Muladi usai Konvensi Nasional Ikatan Alumni Lemhannas X, Rabu (4/4), menanggapi jatuhnya kembali korban jiwa di IPDN, yang kali ini menimpa madya praja (mahasiswa tingkat II) IPDN, Cliff Muntu, asal Sulawesi Utara.
"Pola-pola militer seperti itu harus diakhiri. Mereka itu kan calon pamong praja yang akan melayani publik. Masak mau dididik cara militer begitu. Menurut saya mereka itu sudah salah kurikulum. Harus ada perubahan," ujar Muladi.
Selain itu tambah Muladi, harus juga dipikirkan apakah sistem pendidikan di IPDN dengan menyatukan ribuan siswa untuk dididik di satu tempat seperti selama ini dilakukan di Sumedang, Jawa Barat, harus dipertahankan.
"Jadi harus dipikirkan apa masih perlu dikonsentrasikan di satu tempat atau dipecah-pecah seperti dahulu. Terlalu banyak itu ribuan orang. Kalau menurut saya masalahnya di sistem dan pengawasan. Kalau setiap (daerah) satu rektor, lalu ada gejolak, ya rektor yang bersangkutan dimintai tanggung jawab," ujar Muladi.
Lebih lanjut dalam acara sama, KSAD Jenderal Djoko Santoso menyatakan selama ini sistem pendidikan militer, yang diterapkan di Akademi Militer tidak pernah menimbulkan masalah-masalah seperti terjadi di IPDN.
"Kami di Akmil sudah punya kurikulum, sistem pembinaan, latihan, dan pendidikan. Tidak pernah ada masalah seperti itu. Kalau di Akmil, karena kami militer, ya pendidikannya harus militer dong," ujar Djoko.
Teman-teman IPDN makan korban lagi, kali ini menimpa praja tingkat II yang berasal dari Sulawesi Utara. Saya setuju dengan pemikiran Gubernur Lemhanas, bahwa sudah saatnya pendidikan(sok) disiplin IPDN ditinggalkan. Mereka nantinya akan menjadi pelayan masyarakat. Bisa dibayangkan mau jadi apa masyarakat bila para pelayannya bertindak seperti militer, main pukul sana,hantam sini. Hal ini merupakan potret pendidikan kita yang tak punya visi dan orientasi.
Tidak bisa tidak, harus segera diubah. Contoh kecilnya soal seragam yang tekesan kemiliter-militeran. Harus diubah segera agar watak dan pembawaan mereka tidak sok kemiliter-militeran. Zaman ini sudah selayaknya dipisahkan secara tegas, antara militer dan sipil.
Katakan tidak untuk tindakan kekerasan!!!!